Jumat, 31 Agustus 2007
Semangat Memberi - Nuansa hidup
"Ingatlah terus bahwa makna seseorang yang sesungguhnya adalah bagaimana cara ia memperlakukan orang lain yang tidak mampu berbuat baik kepadanya."

Hubungan antarmanusia sama tua-nya dengan awal kehidupan manusia di muka bumi ini. Hubungan inilah yang menjadi gaya penggerak di balik segala sesuatu yang kita perbuat dalam hidup. Semakin bertambah usia saya, saya semakin yakin tentang korelasi langsung antara keberhasilan kita dengan hubungan antarmanusia dan hampir segala sesuatu yang nyata dalam hidup. Ketika hubungan ini berhasil, hidup akan terasa baik, tetapi ketika hubungan tidak mulus, begitu pula kesehatan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kegembiraan kita.
Kemanapun kita pergi. Apa pun yang kita perbuat. Tidak peduli apa pun karir kita pilih atau kegiatan yang kita terjuni, ada satu hal yang akan selalu saja sama … orang !. Kita tidak akan dapat hidup tanpa mereka. Hubungan antar manusia dapat menjadi sumber kepenuhan, kepuasan, dan kegembiraan yang luarbiasa dalam hidup kita. Namun hubungan yang sama juga dapat menjadi sumber kepedihan dan penderitaan yang tidak tanggung-tanggung. Ada tarik-menarik yang terus-menerus antara hubungan yang kita kehendaki dan hubungan yang kita jumpai.
Kemampuan atau ketidakmampuan menumbuhkembangkan hubungan yang bermutu sesungguhnya sebuah pilihan. Apabila kita memilih hidup untuk diri sendiri, hubungan dengan orang lain akan menjadi korban dan menjadi tidak serasi. Apabila kita memusatkan energy kita dalam diri pasangan hidup kita, anak-anak kita, teman-temana kita, tetangga-tetangga kita, dan mitra-mitra kerja kita, kita akan meraup balasan-balasan yang positif. Hubungan yang sukses merupakan hasil alami prinsip bahwa cara kita memperlakukan orang lain berpengaruh terhadap cara mereka memperlakukan kita. Yang paling sulit dari semua ini adalah tidak membiarkan cara seseorang memperlakukan kita menentukan cara kita memperlakukan orang itu.

Hidup diukur bukan berdasarkan lamanya melainkan berdasarkan besarnya sumbangan yang diberikan
diposting oleh jeramibiru 11.46.00   0 comments
 
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home

Kamis, 30 Agustus 2007
Langkah Kaki
Sungguh aku harus cermat sekali;
sebab ada teman kecil selalu mengikuti.
Tak sekalipun aku b'rani sembarang melangkah
takut dia ikut ke jalur yang salah.
Tak sekalipun aku dapat menghindar dari pandangannya;
apapun yang dilihatnya aku perbuat ia pasti ikut mencoba.

Kelak ia ingin seperti aku ...
kata anak yang terus mengikuti aku
sambil melangkah aku harus ingat,
Tak peduli musim panas atau musim hujan,
Aku sedang menciptakan masa depan ...
Bagi dia yang terus mengikuti aku.

* my Lovely Daughter *
diposting oleh jeramibiru 13.21.00   0 comments
 
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home

Selasa, 28 Agustus 2007
I Love MAC
Membiasakan diri pake Safari on Mac saat posting blog, rasanya agak kaku. Betul tidak ? Terutama karena tidak semua fitur blogger nongol di Safari. Misalnya link, milih font, warna, dsb. Yang ada di pikiran hanya content: teksnya bunyinya apa. Lay outnya pasrah bongkokan ama Blogger + Safari. Atau coba Safari versi beta yang untuk Windows ?

Tapi gpp deh, namanya kebiasaan ya memang harus dinikmati dan diulang-ulang. Dengan penyempurnaan OS Mac berikutnya, kelemahan kecil ini mudah-mudahan akan teratasi. I love Mac, meskipun rasanya agak janggal melihat bintang iklan Mac (I'm Mac, I'm PC) maen di Die Hard 4.0. Rasanya agak maksain, tapi ya sudahlah. Action + business mesti berjalan seiring. Toh filmnya cukup menarik, John Mc.Clane masih cukup bertenaga. Tapi kalo ada yang kurang puas ya maklum aja, John Mc.Clane toh bisa tua. Harry Potter aja bisa tua kok. Dan sekarang ini yang
sedang baca pun pasti sudah mulai menginjak usia tua.

Kapan ya Mac bisa familiar di kantor, di rumah, di environment kita sehingga Mac tidak dipandang sebagai sesuatu yang WAH ?
diposting oleh jeramibiru 16.47.00   0 comments
 
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home

Never Ending Journey

Judul bukunya : Never Ending Journey, tentang seorang entrepreneur bernama Buntoro yang awalnya jatuh bangun membesarkan perusahaannya PT. Mega Andalan Kalasan. Pada tahun 2004 perusahaan ini tercatat sebagai urutan 2 dalam Enterprise 50 (untuk perusahaan omzet di atas 10 milliar) pilihan Majalah Swa. Sebuah prestasi yang membanggakan, terutama karena sekitar tahun 1987 badai menerpa usaha awal mereka yang memproduksi bumper mobil.

Badai – yang jika tidak dihadapi dengan keras hati – akan meniadakan perjalanan ke tahap berikutnya. Badai yang cukup untuk menutup sebuah usaha. Mengubur mimpi dan masa depan. Badai yang akan membuat ciut nyali setiap pengusaha, tapi tidak mampu menghentikan Buntoro untuk terus melangkah.

Industri awal berupa bumper mobil yang sedang laris-larisnya, mendadak terjun bebas ketika ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) otomotif nasional mengeluarkan produk mobil yang full pressed body dengan bumper yang melekat langsung.

Tidak mudah menyelamatkan perusahaan dari titik minus, ketika hutang lebih besar dari piutang bahkan lebih besar dari aset. Bersama Hendy Rianto, Buntoropun menyiapkan usaha penyelamatan. Alasannya sederhana: harus ada yang bertanggung jawab. Buntoro bahkan bersedia melepaskan saham kepemilikan kepada pihak ketiga. Beberapa calon investor sempat datang ke Kalasan, tapi deal tak pernah terjadi. Besarnya permasalahan membuat mereka mundur teratur.

Tapi putus asa bukan pilihan, berawal dari kesediaan mengerjakan apa saja asal bisa hidup, pikiran Buntoro sampai pada pilihan memproduksi peralatan rumah sakit (hospital equipment). Berawal dari tempat tidur, tempat tidur operasi sampai kursi roda. Lalu bagaikan bola salju yang bergulir: orderpun datang dari rumah sakit kecil sampai rumah sakit besar yang mencapai ratusan pesanan. Cash flow mulai bergerak positif.

Dari sekedar bengkel biasa, pola operasional produksipun mengarah ke industrialisasi uantuk menyesuaikan diri dengan tuntutan konsumen. Dan berikutnya, perusahaan sekarat inipun mulai bisa tersenyum dan bahkan siap ngebut di jalan tol industri.

Dan lahirlah Prambanan Technopark: sebuah kawasan industri seluas 4.968 m2 di daerah Prambanan yang merupakan obsesi berikutnya dari seorang Buntoro yang mulai meningkatkan kemampuannya dengan memproduksi mesin, bahkan sedang berancang-ancang masuk industri otomotif. Masa gelap telah berganti, meskipun Buntoro menikmatinya dengan tingkat kewaspadaan tinggi. Dalam hidup ini tak ada makan siang gratis. Kesuksesan tak akan langgeng, keculai kita selalu waspada. Only the paranoid survive, kata Andy Groove (mantan CEO Intel).

Buku setebal 200 halaman yang ditulis Teguh Sri Pambudi (Redaktur Majalah SWA) ini menjelaskan detail bagaimana melaksanakan upaya penyelamatan, dari recovery sampai melakukan turnover mengubah titik minus menjadi surplus. Bisnis yang dibangun dengan kemandirian selalu menarik dijadikan cerita, juga pelajaran bagaimana menjalani hidup dengan besar hati, tak mudah patah arang.

Buntoro dan seluruh keluarga besar PT. Mega Andalan Kalasan telah membuktikan itu. Mereka sedang menantang diri untuk menuju milestone berikutnya. Akankah mereka meraih kesuksesan yang lebih besar lagi? Demi kemajuan industri Indonesia yang masih terpuruk saat mobil Proton bikinan Malaysia justru mulai merambah Asia, tentu kita layak berharap pada sosok tangguh seperti Buntoro.

Cerita tentang kesuksesan PT. Mega Andalan Kalasan ini bukanlah akhir, tapi hanyalah akhir dari sebuah permulaan. Buku inipun dilabeli Vol 1, artinya akan ada volume berikutnya.

Saya akhiri review singkat ini dengan mengutip Paulo Coelho di buku Alkemis: ketika kita menginginkan sesuatu dengan sepenuh hati, seluruh alam semesta akan membantu mewujudkannya.
diposting oleh jeramibiru 16.38.00   0 comments
 
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home

For your Desktop



Mudah-mudahan bisa memberikan inspirasi bagi kehidupan kita semua.
diposting oleh jeramibiru 16.36.00   0 comments
 
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home

Sebelum Pulang Kantor
Sebelum Anda meninggalkan kantor seusai jam kerja yang melelahkan, mari sempatkan memeriksa hal-hal kecil berikut. Apakah air minum Anda masih tersisa? Bila ya, teguklah habis, atau Anda bisa menyiramkannya pada tanaman ruangan yang juga butuh kesegaran. Setiap tetes air tentulah berguna. Jadi jangan sia-siakan. Periksa pula, apakah lampu, pendingin ruangan dan komputer Anda masih menyala? Bila ya, segera matikan. Meski bukan Anda yang membayar tagihan listriknya, namun itu bukan alasan untuk boros.

Luangkan juga waktu untuk menengok, apakah masih ada rekan-rekan yang bekerja hingga larut? Bila ya, alangkah manisnya bila Anda sapa sejenak. Meski Anda tak membantu menyelesaikan pekerjaannya, namun kehangatan selalu meringankan beban dan mengobati kelelahan.

Di balik hal-hal kecil seringkali terselip butir-butir mutiara makna yang tak ternilai. Terlebih lagi, bila itu kita lakukan atas dasar kepedulian dan kehangatan pribadi. Berikan perhatian tulus dan penuh kasih pada apa-apa yang ada di sekitar kita.

Kerasnya persaingan usaha tak boleh mengikis kelembutan jiwa. Tinggal Hati dan Jiwa sajalah
yang akan selalu kita bawa kelak.
diposting oleh jeramibiru 16.28.00   0 comments
 
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home

Libur Kecil Kaum Kusam
Nikmat kau hisap asap tembakau
Di bangku rumah kontrakan
Sore selesai kerja sehari
Tunggu istri berdandan
Janji pergi berkencan
Tak kalah dengan orang gedean
Dalam rasakan senang

Walau lembaran gaji sebulan
Hanya cukup untuk kakus
Soal rekreasi sih harus
Setianya anak istri
Menantikan bahagia
Sehari bagaikan sang raja

Selesai anak istri berdandan
Tembakau kau matikan
Jendela pintu lalu kau kunci
Tentu tak sabar mereka pergi
Stop bis kota dengan pasti

Libur kecil kaum kusam
Yang teramat manis begitu romantis
Walau sekali setahun
Tuhan rangkullah
Jangan kau tinggalkan
Waktu mereka

Pergilah derita ini hari
Berilah tawa yang terkeras
Untuk obati tangis lalu
Limpahkan senang paling indah
Agar luka tak nyeri
Agar duka tak menari

NOTE : Album Wakil Rakyat 1987, Iwan Fals mengakui bahwa lagu ini adalah lagu yang paling disukainya.
diposting oleh jeramibiru 16.26.00   0 comments
 
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home

What is a big idea?
The easy way out, would be to say that a big idea is something opposite to a one off, a stand alone idea. Another attempt: a big idea is an idea bigger than just one ad.

That's a nice start; something like: a big idea is a container for more, other ideas. And I guess that is true. A big idea is like a well - it is a source for further thinking. It offers a basic thought that is interesting in itself but might also spark further thinking.

Because, I agree to what I read from other planners: ideas can be too big. They can be so big that they rule out other ideas, fresh thinking and renewal. In particular ideas that are highly executional, visual tend to work as a harness rather than a springboard.

Personally I like ideas based on compelling truths - some point of view that at least a vast group of people can easily embrace. When the all guiding thought takes the form of an opinion, when it is about taking sides, then it gets really interesting. Such ideas organize people pro and contra. They create some sort of tention. They are high in energy and can even get electrifying. Yet, big ideas are like wells.

There's a lot where it came from and like water wells, you automatically keep coming back for more.

Notes: saya dapet artikel ini dari milis CCI, dari copy postingannya Mas Daniel Rembeth.
diposting oleh jeramibiru 16.16.00   0 comments
 
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home

Kamis, 23 Agustus 2007
Berikan Kesempatan ...
Bagi anak miskin, tidak selurus mistar itulah perjalanan hidupnya. Lazimnya meloncat-loncat dari nasib satu ke nasib lain. Tidak teratur, serba menghadapi hambatan, kebangkrutan dan macam-macam malapetaka dan selalu tak terduga. Maka kita harus mengajarkan cara berpikir yang tidak linier, alias jalan alternative. Sekilas keadaan itu tidaklah ada bedanya dengan nasib-nasib guru … Hei, kita para instruktur ini dulunya juga hasil didikan para guru bukan ? … hanya saja sekarang kita menyandang sebutan instruktur, tetapi janganlah kita berbangga dengan sebutan itu. Kita harus mencoba menyelami dan memahami beberapa keadaan di sekeliling dunia pendidikan kita, sebab kita tidak boleh lupa, bahwa masalah engajaran dan pendidikan de facto adalah masalah kekuasaan, entah kita suka atau tidak. Usaha kita adalah mencoba mencari ‘sintese’ dialektik atau keseimbangan antara pemberian kemerdekaan kepada siswa didik kita untuk mengembangkan sendiri apa yang mereka senangi dan disiplin.
Hati dan Jiwa kita, sepenuhya adalah untuk memajukan liku-liku dunia pendidikan dengan tidak meninggalkan kemerdekaan berpikir siswa-siswa kita. Kita harus berani ‘fair-play’ menghadapi kenyataan bahwa kita ditunjuk sebagai moderator di dalam kelas, penyampai materi di kelas, jadi janganlah arogan, berikan semuanya dengan Hati dan Jiwa yang tulus.
diposting oleh jeramibiru 14.47.00   0 comments
 
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home

URGENTLY NEEDED
Dibutuhkan Instruktur Web
dengan lokasi penempatan : SEMARANG


Kriteria :
Menyukai dunia pengajaran
Menguasai Bahasa Pemrograman untuk Web
Menguasai PHP / ASP / JSP
Menguasai Dreamweaver
Menguasai Fireworks
Mahir Photoshop
Mahir Freehand
Menguasai Macromedia Flash

Kirim lamaran Lengkap Anda ke alamat : instructor.bc14@gmail.com
atau ke jerami.biru@gmail.com
diposting oleh jeramibiru 14.13.00   0 comments
 
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home

Mulutmu Harimaumu
Ungkapan tersebut ada benarnya juga … tetapi ketika di belakang ada embel-embel “gunakan sms … bla bla bla … “ hahaha … ternyata itu hanyalah sekedar perbuatan kreatif dari orang-orang di balik layar. Hayo bagaimana dengan operator-operator yang lain, apakah mulutmu adalah harimaumu ? … jadi senang juga niy ngeliat adu kreatif di iklan …
diposting oleh jeramibiru 13.59.00   0 comments
 
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home

The 1st Love ... Typhography
Huruf pasti pernah merupakan salah satu cinta pertama para desainer grafis. Ciri khusus dari desain grafis (dalam pengertian saat ini kira-kira mencakup : design for print, design for screen, and design for signage) justru adalah kehadiran huruf sebagai salah satu komponennya yang terpenting. Karenanya, ketika orang mempelajari sejarah grafis atau komunikasi visual, maka fokus kajiannya adalah tentu saja mengarah kepada perkembangan penggunaan gambar dan huruf (images and texts) sepanjang peradaban manusia hingga saat ini. Dalam sejarah tersebut akan tergambar bagaimana huruf menjadi cinta pertama para komunikator visual, mulai dari manusia prasejareah yang menorehkan piktografi, ideografi, ataupun tanda pengingat (mnemonic) di atas batu, orang Sumeria yang menulis cuneiform dengan stylus-nya di atas tablet tanah liat, sampai desainer saat ini yang menuliskan stylus-nya di atas tablet digital.
Kekuatan huruf adalah kemampuannya untuk merekam bahasa verbal manusia dalam bentuk visual, dengan kualitas ketepatan objektif (objective accuracy) serta kualitas ekspresif yang sangat tinggi. Kedua kualitas itulah yang menyebabkan ribuan jenis font kini hadir dan harus tampil pada layar perangkat digital. Orang lupa bahwa para pencipta huruf seperti Aldus Manutius, Garamond, Jan Tschichold, Adrian Frutiger, Paul Renner, Max Miedinger, bekerja dengan pensil, kuas, paser dan mistar untuk melahirkan karya-karya besarnya. Namun sekarang dengan mudahnya ribuan fonts – artinya warisan peradaban itu, bisa kita lihat di layar monitor kita. Rupanya dalam hal huruf inilah, ternyata teknologi telah tunduk, atau paling tidak telah mengakomodasi karya-karya seni manusia. tentu saja semua itu berkat cybernetics serendipity-nya MIT, Silicon Valley, Xerox, Steve Jobs, Bill Gates dan lainnya.
Dulu ketika masih belajar Tipografi sekitar tahun 1980-an ( tepatnya mulai 1983 ), dengan adanya komputer saya mengira semua typefaces itu akan lenyap digantikan hanya oleh MICR (magnetic ink character recognition). Alangkah naifnya saya, karena MICR kini juga hanya dianggap sebuah typefaces saja dari ribuan karya manusia sepanjang peradaban itu.
Dengan gambaran di atas, sebenarnya dalam era revolusi digital ini kita tidak layak lagi terus-menerus menyerukan ”Goodbye Gutenberg” (ini merupakan judul buku yang terbit tahun 1980-an), namun sebaliknya, rupanya kita harus menyerukan ”Hello again Gutenberg” karena ternyata kita masih terlibat dalam imbas pusaran ”The Gutenberg Galaxy” seperti yang dideskripsikan McLuhan. Kita masih dalam proses pembentukan manusia tipografi (the making of typographic man), karena dengan segala intensi, kita masih menciptakan, memilih, menyusun dan mereka-reka huruf, baik ketika kita secara profesional melakukan pekerjaan desain, maupun ketika dalam kehidupan sehari-hari menyusun kalimat SMS kita pada layar handphone atau PDA. Bukankah, mencari-cari dan menyusun begitu banyaknya typefaces, barangkali akan tak banyak artinya bagi mereka yang tidak mau memahami keberadaannya. Tapi kita juga maklum bahwa memahami huruf, memang cukup merepotkan. Jauh akan lebih mudah ketika kita tinggal memilih saja salah satu diantaranya untuk digunakan daripada harus memahaminya, kemudian menggunakannya semata-mata karena alasan fungsional, estetis, atau bahkan untuk kedua alasan tersebut sekaligus.
Sekalipun demikian bagi mereka yang cukup serius mempelajari huruf, maka harus coba dipahami pada dua arah metodik, yaitu :
1. Sinkronis, berupa penelaahan huruf berdasarkan anatominya, tata susunnya dan tentu saja upaya pengelompokkannya (klasifikasi), serta
2. diakronis, berupa kajian lewat riwayat penciptaan dan perkembangan huruf, agar kita mampu memahami kehadiran sebuah wajah huruf serta perasaan jaman (zeitgeist) yang melatarbelakangi penciptaannya.

Orang kita memang sembarangan ketika berurusan dengan huruf. Menurut sumber saya, yang seorang pensiunan pejabat Depdikbud (sekarang kalo tidak salah diknas), Dirjen Dikdasmen pada awal 1980-an pernah mengeluarkan keputusan babon huruf tulis untuk diajarkan kepada anak-anak seklah dasar. Dan huruf tulis yang diajarkan di sekolah dasar itu sangat aneh, karena beberapa majuscule-nya adalah huruf minuscule yang dibesarkan. Belum lagi kekeliruan anatomisnya. Konon, sumber saya itu pernah suatu ketika sudah menyampaikan koreksinya, namun keputusan itu tetap berlaku karena apa yang sudah diketukkan palunya, tidak bisa dicungkil lagi pakunya. Namun demikian kita juga harus angkat topi untuk Diknas yang konon telah dua kali meneliti legibilitas huruf untuk keperluan buku ajar anak-anak sekolah.
Untuk semua kekurangan kita dalam memperlakukan huruf, termasuk ketidakmautahuan (ignorance), pengetahuan yang tanggung (mediocrity), rupanya kita harus belajar banyak dalam dunia huruf ini. Namun, memang tidak akan banyak orang yang mau melakukannya, karena industrinya di Indonesia tidak ada, atau karena tidak ada duitnya, atau karena lebih sibuk mengurusi kurikulum, atau yang paling mendasar adalah di Indonesia tidak ada samasekali asosiasi tipografi, misalnya. Maka semua itu hanyalah tinggal mimpi saja, atau akan tetapkah kita mengajarkan huruf dengan klasifikasi yang diajarkan kepada anak-anak SMP, yaitu hanya ada tiga kelompok huruf : huruf serif, tanpa – serif, dan huruf tulis. Titik.
diposting oleh jeramibiru 13.55.00   0 comments
 
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home

Senin, 20 Agustus 2007
Bones
Yang pasti ini bukan Bones Collector, tapi ini lagi belajar tentang Bones di 3D Max ...
ribet juga ternyata ...
diposting oleh jeramibiru 14.16.00   0 comments
 
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home

Kamis, 16 Agustus 2007
... dari guru ...
"Cinta adalah desahan dari lautan kasih sayang yang dalam,tawa dari ladang jiwa yang beraneka warna,air mata dari kenangan surga yang tak pernah berakhir.
Aku orang gelisah dan penakut namun,belahan jiwaku seorang penyabar dan pemberani.dadanya lapang meredakan kecemasan dalam diriku,kala tiba kami berdekapan kembali.dan,saat surut menjelang aku jatuh tersungkur dihadapannya.
sebagian dari yang kukatakan itu tak bermakna,tetapi aku mengatakan ini semua karena sebagian yang lainnya mungkin bisa menyentuhmu."

-------

Bersyukurlah pada kehidupan yang telah menganugerahimu rasa haus.
Hatimu akan menjadi seperti tepian pantai dari sebuah samudera yang tak memiliki gelombang.
Tak menyimpan gemuruh dan tak mengerami pasang surut bila engkau tak memiliki rasa haus. Teguklah isi pialamu sendiri sambil memekik gembira.
Junjunglah pialamu di atas kepalamu lalu teguklah kuat demi mereka yang meminumnya dalam kesendirian.
AKu pernah sekali mencari gerombolan manusia yang kemudian duduk rapi mengelilingi meja jamuan sebuah pesta kemudian minum dengan sepuas-puasnya.
Namun mereka tidak mengangkat anggurnya di atas kepalaku, tidak pula meresapkannya ke dalam dadaku.
Mereka hanya membasahi kakiku....kebijakanku masih kerontang.
Hatiku terkunci dan terpatri.
Cuma sepasang kakikulah yang bergomol dengan mereka diantara selubung kabut yang suram.

Aku tidak lagi mau mencari kumpulan manusia atau pula meneguk anggur bersama mereka dalam meja jamuan pesta mereka.
Apa yang engkau rasakan jika kututurkan padamu semua itu jika waktu begitu garang menghentaki jantungmu?
Akan sangat baik bagimu bila engkau meneguk piala rengsamu seorang diri dan piala bagianmu seorang diri pula...

Khalil Gibran
diposting oleh jeramibiru 15.05.00   0 comments
 
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home

Andai Sekolah Gratis ...
Hari ini 16 Agustus 2007, menjelang Indonesia Merdeka yang ke 62. Baru saja tadi saya mampir ke sebuah sekolah karena saya akan memasukkan anak saya ke pra playgroup … alamak, mahal sekali, kurang lebih 6 juta. I hate this !! .. bukan masalah saya tidak punya uang segitu, tetapi apakah harus sebegitu mahalnya untuk mengajarkan anak sosialisasi terhadap lingkungan ? …
Trus apakah juga pengajarnya kompeten ? karena notabene saya juga seorang pengajar.

Selama akhir pekan kemarin, hati ini bertanya-tanya jadi kepikiran terus apa iya segala urusan di negeri ini bisa dibereskan dengan uang. Masih terlintas di kepala ini tulisan di Kompas Sabtu, tentang pengakuan John Perkins di bukunya yang baru diterbitkan. Aku benar-benar tidak bisa membayangkan jika memang itu benar-benar pernah terjadi. Bangsa kita yang besar ini rupanya tidak pernah belajar dari pengalaman, setelah 350 tahun mengalami jaman kolonialisme sampai sekarangpun kita masih dijajah secara terselubung karena tidak semua orang dari bangsa ini yang menyadarinya walaupun aku yakin mereka pasti masih merasakannya karena mereka masih hidup dalam kemiskinan. Apakah bangsa ini masih belum sadar juga, ada yang salah, kita salah mengelola, salah mengatur dan salah memanage aset bangsa ini. Bagaimana mungkin petani bisa hidup miskin di lumbung padi, bagaimana mungkin negeri yang kaya dengan sumber daya alam terutama BBM tapi kita masih melihat antrian panjang di pompa bensin, minyak tanah dan solar untuk kepentingan rakyat jelata sulit didapat karena tidak ada suplai di pasaran.

Kita mesti mengakui kehebatan hasil kerja Amerika Serikat melalui John Perkin dan timnya, betapa mereka berhasil membuat bangsa yang kaya sumber alam dalam menjadikan rakyatnya hidup dalam kemiskinan. Dengan menggelumbungkan hasil laporan surveynya, mereka berhasil meyakinkan lembaga keuangan dunia seperti IMF dan World Bank mengeluarkan dananya untuk membiayai proyek-proyek yang dikerjakan oleh perusahaan-perusahaan konglomerat Amerika. Anehnya pemerintahan bangsa ini sangat bangga sekali dengan semakin banyaknya investasi asing yang masuk ke Indonesia.

Sikap kepala pemerintahan, yang selalu berusaha mendapatkan hutang luar negeri untuk membiayai proyek-proyek pengerukan kekayaan alam Indonesia sungguh sangat egois, tidak nasionalis dan sangat tidak bertanggung jawab. Menurut pengakuan Perkins dibukunya pejabat-pejabat negara yang terlibat dalam pencairan dana untuk proyek-proyek tersebut mendapatkan sejumlah uang. Pantas saja setiap tahun kita selalu melihat pemerintahan kita seolah berlomba-lomba untuk mendapatkan hutang luar negeri.

Apakah kita ingin nantinya anak cucu kita harus menggadaikan hidupnya jiwa dan raganya untuk membayar hutang-hutang bangsa ini sementara seluruh kekayaan alamnya telah habis dikeruk oleh nenek moyangnya. Siapkah kita untuk mempertanggungjawabkannya?

Menurut hasil pengamatanku investasi asing di Indonesia hanya sekedar menggerakan roda perekoniam dengan menciptakan lapangan pekerjaan. Dengan standar gaji yang sangat rendah di Indonesia dan rendahnya biaya produksi lainnya otomatis kaum kapitalis imperialis yang berkedok investor asing tersebut yang paling besar mendapat keuntungan. Jangan heran bila mereka mendepositkan dolar demi dolar keuntungan mereka ke luar Indonesia sehingga sampai sekarangpun pemerintahan kita belum bisa mengendalikan nilai tukar rupiah terhadap dolar.

Negara-negara Eropa seperti Irlandia dan Lexoumberg berhasil menempatkan diri sebagai negara terkaya di Eropa. Bayangkan negara yang tanpa sumber daya alam dan letak geografis yang kurang menguntungkan berhasil menjadi negara terkaya. Itu tak lain karena Irlandia berhasil membentuk sumber daya manusianya. Baru di era tahun 90-an, pemerintahan negera tersebut mulai menyelenggarakan pendidikan gratis dan hasilnya sungguh di luar dugaan sekarang mereka menjadi negara terkaya karena investasi yang masuk ke negara tersebut lebih mementingkan sumber daya manusianya. Sedangkan Lexoumberg menjadi negara kaya karena bank di negara tersebut dikenal sebagai tempat yang aman untuk menyimpan deposit.

Kembali lagi ke masalah perpajakan di Indonesia, menurut sumber yang aku dapat modernisasi yaitu system on-line pelaporan pajak yang sejak awal tahun 2000-an didengung-dengungkan adalah hasil dari petunjuk IMF sebagai syarat untuk mendapatkan dana cair dari IMF saat krisis ekonomi melanda bangsa ini.. Lagi-lagi IMF, kenapa bangsa lain mesti campur tangan urusan dalam negeri kita. Mengapa pula aku mesti heran dan bertanya-tanya, pastinya karena IMF yang punya dana kan? Tapi mengapa pula mereka yang lebih berkuasa untuk mengatur keuangan negeri ini. Mungkin mental para aparatur negara yang mesti dibenahi, karena mereka bisa begitu murahnya menjual negerinya sendiri. Semua masalah akhirnya harus berujung ke pribadi mental aparat yang mengelola negeri ini dari pucuk pimpinannya sampai ke bawahannya yang paling rendah.

Tidak dipungkiri lagi peran sekolah dan orang tua cukup besar dalam membentuk pribadi tiap orang. Bicara soal pendidikan di negeri ini sungguh sangat tidak berpihak kepada rakyat (baca rakyat kecil). Tahun ajaran baru di mulai dengan pernyataan pemerintah yang tidak berdaya mengatur tarif biaya sekolah yang dihitung mulai dari uang buku, uang gedung sampai biaya ekstra kurikuler lainnya. Bisa dibayangkan betapa banyaknya anak-anak yang tidak dapat bersekolah. Anak-anak generasi penerus bangsa mestinya harus jadi perhatian kita semua karena di tangan mereka nantinya arah bangsa ini akan ditentukan. Apa yang terjadi ketika anak kita lulus SPMB tetapi ternyata kita tidak mampu membayar ‘uang gedung’ ? Apakah yang ingin kita hasilkan? generasi muda yang bodoh tidak berkepribadian yang akan dengan mudah terkena pengaruh luar. Apakah kita ingin jadi bangsa yang dari generasi ke generasi sebagai bangsa yang korup? Kita mestinya bisa belajar dari Irlandia dengan mencetak sumber daya manusia yang tangguh diharapkan kita mampu mengelola negeri yang kaya ini sehingga kita bebas dari imperilasme abad modern ini dan maju berdiri sejajar dengan bangsa – bangsa lain di dunia ini.

Semua bisa dimulai dari sini, PENDIDIKAN. Sebenarnya ini bukan hal yang baru kalau dilihat ke belakang sejarah bangsa ini, kita baru bangkit melawan penjajahan di awal-awal tahun 1900-an yaitu setelah kita mulai mengenal sekolah untuk kaum inlander waktu itu. Kalau saja kita mau menengok sejenak ke belakang melihat sejarah bangsa ini. Kalau saja sekolah bisa gratis, ...



Label:

diposting oleh jeramibiru 14.44.00   1 comments
 
1 Comments:
Posting Komentar
<< Home

Sandal
Yup ... sekali ini Jerami Biru memproduksi Sandal. Idenya sih karena di rumah tiap kali mo pergi tuh ga pernah ada sandal ... sandal selalu aja ga ada, entah ilang, entah tinggal satu, atau yang paling parah dikrikitin mydog. Apes !

Yah daripada pusing-pusing lagi, kemaren coba-coba untuk desain sandal, eeee, ada yang seneng trus ya udah kita coba produksi aga banyakan deh.
diposting oleh jeramibiru 11.40.00   0 comments
 
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home

Reactor Animasi
Wah ... Jerami Biru sekarang mulai coba-coba ke Reactor niy ... hihihi ... gpp deh, lagian kemaren iseng-iseng coba cari-cari referensi untuk ngisi acara Pameran di hotel eeee malah nemu buku bagus tentang Reactor.
Pertama di coba siy aga-aga memusingkan siy, tetapi kini udah mulai sedikit lancar make ... nanti kalo udah jadi contohnya, aku postingin deh ... :)
diposting oleh jeramibiru 11.21.00   0 comments
 
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home

Pendidikan di Indonesia
( Seperti yang ditulis oleh Sunaryo Hadi )
Membicarakan hal yang satu ini mungkin tidak akan habis-habisnya. Ya, dengan keadaan yang ada sekarang ini, ditandai dengan demo di sejumlah tempat yang pada dasarnya menuntut pendidikan murah. Tapi saya tidak ingin menulis tentang demo tersebut. Saya hanya ingin menceritakan beberapa keluhan handai taulan (bahkan sampai berdebat kusir hehehe) tentang pendidikan ini.

Salah satu teman saya, agak berang, bilang “Masak sudah sudah ada BOS, kita masih harus bayar Rp. 15.000 per bulan? Di SD lainnya kok enggak bayar lagi.”. Kebetulan memang anaknya berada di SD Negeri 2, dimana ada 3 SDN dalam satu lingkungan sekolah.

Saya coba jadi counter-nya, “Mungkin di SDnya banyak ekstra kurikuler. Sudah cek atau belum? Ada komputer atau enggak?”.

Dia langsung menyanggah, “Ah enggak ada kayak gituan. sama aja!”

Akhirnya lama berdebat, bahkan ditambah satu orang lagi. Cuma jadi kemana-mana buntutnya. Menuduh KepSek korupsi, Guru korupsi, Masya Allah. Setelah lama berdebat, disimpulkan bahwa sebagian dana anggaran orang tua tadi digunakan untuk perbaikan WC, prasarana gedung, tiang bendera, biaya mencat pagar dan lain-lain.

Akhirnya, saya merasa menyadari ada ketidak-adilan disini. Kalau sudah tidak adil, pasti melanggar Pancasila, “Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia”. Kita bisa bandingkan SD Negeri di tengah kota dengan SD Negeri di kampung. Terasa sekali ketimpangan sosial antara kedua SD tersebut. Berita hari ini, ada satu SDN yang roboh.

Menurut ‘mata-adil’ saya, seharusnyalah setiap Sekolah Negeri di negeri ini mempunyai prasarana yang sama, baik dipedalaman Papua sana, atau yang berada di pusat kota Jakarta. Tidak boleh dibedakan. Karena ini Sekolah Negeri (atau Sekolah miliknya negara), maka tidak boleh juga menerima sumbangan dari pihak lain. Mutlak harus dibiayai negara.

Perbedaan Uang Pangkal juga menjadi pertanyaan. Kok, sama sama sekolah negeri uang pangkal berbeda? Tiap sekolah pasti punya jawaban (atau alasan) mengapa mereka menarik uang pangkal sedemikian besar. Uang sejenis inipun harus ditiadakan untuk sekolah Negeri. Alasannya sama dengan di atas, tidak boleh ada perbedaan antar sekolah negeri.

Tentu lain halnya dengan sekolah swasta, yang sah-sah saja menerima sumbangan dari pihak manapun.
Saya tidak tahu keadaan makro dari Anggaran Belanja Negara untuk pendidikan yang konon terlalu kecil. Saya juga tidak mengetahui kondisi dana subsidi Minyak (yang jadi BOS).

“Kaca mata” saya mungkin perlu diperbaiki, untuk menentukan apakah cukup adil kondisi di atas. Apakah benar pendapat saya, bahwa setiap Sekolah Negeri harus memiliki prasarana yang sama? Saya sendiri masih belum yakin.

Apalagi setelah baca blognya Harry Sekolah Swadaya - diskusi dengan penyelenggara sekolah gratis. Kok saya jadi merasa bahwa Negara tidak mampu memberikan pendidikan kepada warganya, seperti yang tercantum dalam UUD 45.

MERDEKA !!
diposting oleh jeramibiru 09.46.00   0 comments
 
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home

New Face
ya ... ini blog ke-4 untuk jerami biru production ... di kuartal 2 tahun ini, banyak sekali sudah jerami biru mengikuti even-even pameran di Semarang maupun di Bali / NTT ... mudah-mudahan dengan semakin bertambahnya usia jerami biru, bisa lebih meningkatkan kualitas produk-produknya.

Have a Nice Dream !
diposting oleh jeramibiru 09.14.00   0 comments
 
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home

JERAMI BIRU

Tentang Saya
Name: jeramibiru
Home: Indonesia
About Me: aktif di desain
See my complete profile
Posting Sebelumnya
MIGRASI ? WHY NOT ?
Membuat Blog dengan Blog Spot ... (invitation) ...
Mama ... I Love You ...
Can't Smile Without You ...
SPIRIT (1) ...
The Kindness of Strangers
Merendah itu Indah
Satisfaction Stupid
DIE HARD 4
Semangat Memberi - Nuansa hidup
Simpanan
Agustus 2007
September 2007
November 2007
Links
BiNuscenter
BiNusCorner
BC Semarang
Instruktur BCSMG

 

Advertisement

 

About This Blog

This blog is powered by Blogger
Blog designed by Jerami Biru .